Banyak yang para ibu yang cerita, “kalau ayah bagiannya main, tapi giliran bicara serius diserahkan ke bunda”. Siapa yang pernah mengalami hal ini?
Sekarang coba kita renungkan dulu ya.. Ibu-ibu kalau bertemu tetangga sebentar saja sudah bisa ngobrol A-Z, atau anak pulang dari sekolah sudah bisa bertanya nanya banyak sekali, lihat wajah anaknya berbeda sedikit saja sudah paham tau pasti ada apa-apa. Kenapa begitu? Ya karena ibu-ibu itu perempuan. Memang fitrahnya begitu, otak bagian emosinya kuat.
Perempuan saat komunikasi selalu mencari wajah, inginnya menatap wajah yang diajak bicara (dan pasti juga ingin ditatap). Keterampilan berbahasa perempuan juga lebih kuat. Dalam sehari, bisa menghasilkan 20.000 kata. Sehingga bagi ibu bekerja, saaat pulang masih banyak “stok” katanya. Jadi pulang kerja pun masih bisa ngobrol panjang dengan anak dan suami.
Lalu bagaimana dengan bapak-bapak? Fitrahnya sebagai pemimpin, pengambil keputusan & penjaga. Artinya sedikit bicara tapi berpikir untuk keputusan terbaik. Laki-laki cenderung lebih suka menatap benda daripada menatap wajah. Dalam sehari rata-rata jumlah kata yang dihasilkan 7000. Artinya, setelah pulang kerja bisa jadi “stok” katanya sudah habis. Wajar kalau perlu usaha lebih untuk ngobrol hangat dengan anak atau istri.
#AyahBacakanBuku adalah langkah sederhana awal yang dapat dilakukan para ayah untuk lebih lancar berkomunikasi dengan anak. Dengan membacakan buku, akan tumbuh kedekatan secara otomatis. Tidak perlu sulit mencari kata-kata atau topik pembicaraan, karena hanya “tinggal” membaca. Setelah itu, akan mengalir diskusi tentang isi buku. Membacakan buku ini bagaikan ngobrol yang skenarionya sudah dituliskan. Setelah kegiatan #AyahBacakanBuku sering dilakukan, maka keterampilan komunikasi ayah akan semakin terasah. Bukankah “bisa karena biasa”?